Indonesia merupakan salah satu negara importir gandum terbesar didunia. Berdasarkan data BPS pada tahun 2021 Indonesia telah mengimpor sebanyak 11,17 juta ton gandum dari berbagai negara senilai 3,45 miliar dolar AS. Nilai tersebut bahkan mengalami lonjakan dibanding tahun sebelumnya sebesar 31,69% (Erianto, 2022). Hampir 90% gandum di Indonesia diolah menjadi tepung terigu. Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan dan Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO), sebanyak 66% konsumsi tepung terigu digunakan oleh UMKM, 34% diserap oleh industri besar dan modern untuk pembuatan mi instan, roti dan kue (Erianto, 2022).
Sejalan dengan tingginya pemanfaatan gandum, Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi mi instan ke-2 tertinggi di dunia. Berdasarkan data dari World Instan Noodles Association, konsumsi mi instan Indonesia meningkat 4,98% menjadi 13,27 miliar bungkus pada 2021 dibanding tahun sebelumnya. Adanya pandemi Covid-19 serta pembatasan berbagai kegiatan di luar rumah menyajikan mi instan sebagai alternatif stok pangan yang bisa dikonsumsi secara praktis (Kusnandar, 2022).
Disisi lain, terdapat konsumen autis, autoimun, dan intoleransi gluten kesulitan mengakses produk mi karena tidak bisa mengonsumsi kandungan gluten pada gandum. Diperkirakan jumlah penderita Autism Spectrum Disorder (ASD) di Indonesia mencapai 2,4 juta orang dengan peningkatan sekitar 500 orang/tahun. Di sisi lain, Indonesia memiliki berbagai jenis umbi-umbian dan serealia yang secara alami bebas gluten dan dapat digunakan sebagai bahan baku.
Tingginya konsumsi mi instan berbahan terigu memberikan tantangan terhadap eksistensi produk mi yang menggunakan bahan baku dari tepung lokal. Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pengembangan mi berbahan tepung lokal di antaranya adalah terbatasnya riset inovasi pengembangan produk dan kurang optimalnya kegiatan Branding Marketing untuk mengenalkan mie lokal.
Dibalik tantangan dalam pengembangan mi berbahan tepung lokal, terdapat potensi alternatif yang bisa ditawarkan. Adanya kenaikan harga dan keterbatasan suplai gandum di Indonesia menjadi peluang bagi mi berbahan baku lokal untuk berkembang. Kebutuhan produk makanan gluten free bagi penderita gluten intoleran, pelaku gaya hidup sehat serta tingginya konsumsi mi oleh masyarakat Indonesia menjadi salah satu peluang pasar yang diharapkan dapat meningkatkan eksistensi mi berbahan baku tepung lokal.
PT Lokal Komoditi Indonesia (Lokality) adalah perusahaan yang menghadirkan produk mi bebas gluten yang sehat dan berkelanjutan. Melihat tantangan dan peluang diatas, Lokality berkomitmen melakukan riset produk dan pasar untuk inovasi pengembangan produk mi bebas gluten sesuai kebutuhan masyarakat. Program Promoting Research and Innovation through Modern and Efficient Science and Techno Park (PRIME STeP) adalah program yang sesuai dengan komitmen Lokality. Dengan pendanaan dan pendampingan yang diberikan, Lokality diharapkan mampu mencapai tujuan dan target perusahaan dalam jangka pendek maupun panjang.